Universitas Moestopo Suarakan Kemanusiaan untuk Palestina
JAKARTA - Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menyelenggarakan acara Voice for Humanity Vol. 8 dengan tema ALERTA PALESTINE, yang berlangsung di halaman Kampus I Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Kegiatan ini menjadi wadah diskusi dan refleksi bagi mahasiswa mengenai isu kemanusiaan yang terjadi di Palestina, serta bagaimana mereka bisa berperan dalam menyikapi peristiwa tersebut.
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo, Dr. H. Muhammad Saifulloh, M.Si, menekankan pentingnya kegiatan ini tidak hanya berdampak pada mahasiswa, tetapi juga dapat memengaruhi opini masyarakat terhadap konflik di Palestina.
“Diharapkan kegiatan ini tidak hanya berimbas pada kesadaran mahasiswa, tetapi juga mampu mengubah persepsi publik terkait situasi yang dihadapi Palestina,” ungkapnya, Jum'at, (27/092024).
Selain itu, salah satu pembicara, Annisa Theresia, S.Sos., M.Si, menyoroti pentingnya mengelola empati dalam menghadapi konflik Palestina. “Kita harus melatih diri kita untuk memiliki umeniti (kemanusiaan). Ini bukan sekadar konflik, tetapi sudah merupakan pembantaian. Saya yakin semua agama mengajarkan perdamaian, bukan pembunuhan,” ujarnya.
Annisa juga menekankan bahwa kekuatan ekonomi yang dimiliki beberapa pihak telah menjadi pendukung kuat bagi kekuatan politik yang menekan Palestina.
Mahasiswa lain, Nadine Sherani Salsabila, S.IP, mengkritisi narasi yang sering dibawa Israel yang sering memposisikan Palestina sebagai teroris yang berafiliasi dengan Hamas.
"Namun, nyatanya Indonesia, yang dikatakan memboikot produk Israel, hingga saat ini masih terlibat dalam ekspor impor dengan negara tersebut,” jelas Nadine.
Kritik ini mengajak peserta untuk berpikir lebih kritis mengenai isu-isu global dan tindakan nyata yang dilakukan oleh negara-negara dalam menyikapi konflik tersebut.
Pada kesempatan yang sama Wakil Rektor I Universitas Moestopo, Dr. H. Ryantori, M.Si, dalam pidatonya mengingatkan bahwa membicarakan Palestina adalah membicarakan kemanusiaan.
“Isu Palestina merupakan salah satu yang diamanatkan dalam UUD 1945, yaitu bahwa penjajahan di dunia harus dihapuskan. Mahasiswa tidak hanya bisa berjuang secara fisik, tetapi juga melalui ide dan gagasan,” tegasnya.
Dr. Ryantori juga mengajak mahasiswa untuk aktif dalam berkolaborasi dengan kampus lain, serta turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dapat membantu saudara-saudara di Palestina.
"Apa yang kita lakukan di sini semoga bisa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Perjuangan tidak selalu dengan senjata, tetapi juga dengan pemikiran yang cerdas,” tambahnya.